Rahim Pengganti

Bab 81 "Memulai dari Awal"



Bab 81 "Memulai dari Awal"

0Bab 81      
0

Memulai dari awal     

Sudah selama satu Minggu ini, Carissa dan Melody pergi dari rumah itu. Anak kecil itu terlihat biasa biasa saja, berbeda dengan Carissa yang lebih banyak murung. Wanita itu tidak mengaktifkan ponsel nya, bahkan Caca juga belum menghubungi sang mertu dan Siska.      

Wanita itu pergi tanpa pamit, Caca masih belum siap melihat wajah sang mertua belum siap untuk menyelesaikan semuanya. Sikap egois nya saat ini, sedang memasuki dirinya.      

"Ca!!" panggil orang tersebut. Caca segera menoleh di lihatnya Bunga sedang berdiri, dengan nampan yang ada di tangannya.  Selama satu Minggu ini, Carissa tidak keluar dari kamar. Hanya Melody yang selalu di ajak bermain keluar bersama dengan Alan dan juga Bunga.      

"Makan ya. Ini udah siang loh," ujar Bunga. Carissa tersenyum, istri Alan ini memang terbaik. Wanita itu selalu membuat Carissa nyaman, bukan hanya memiliki seorang Abang tapi Caca juga merasakan memiliki seorang kakak.      

Kasih sayang yang diberikan, Alan      

dan Bunga sama. Kedua orang itu begitu terkejut, ketika Carissa menelpon meminta dirinya di jemput.      

"Aku gak lapar mbak," jawab Carissa dengan senyum yang dipaksakan. Bunga menarik napas nya panjang, wanita itu mengerti tentang bagaimana kondisi Caca saat ini.      

"Melody masih butuh ASI kamu loh, please ya jangan pernah nyakiti perasaan kamu sendiri. Kamu gak sendiri dek, ada mbak dan mas Alan yang bakalan selalu ada untuk kamu," ucap Bunga.      

"Terima kasih Mbak," jawab Caca. Wanita itu mulai menyendokan makanannya, meskipun dirinya menolak namun, tetap hal ini harus di lakukan Caca tidak mau Melody kekurangan asupan ASI karena dirinya.      

***      

Bian terdiam di kantor nya, pria itu sudah meminta Elang juga Jodi untuk mencari keberadaan sang istri namun, tetap saja tidak di temukan. Pria itu sudah kesal, Siska dan Mama Ratih bahkan tidak mau berbicara lagi dengan dirinya.      

"Loe udah kayak mayat hidup tahu gak," ujar Elang. Bian hanya menatap sekilas sahabat nya itu, pria itu lalu kembali menatap layar laptop nya. Di sana ada foto mereka bertiga, kehilangan Caca benar benar membuat Bian kehilangan arah.      

"Gak pelepasan Lang, jadi nya gini," ledek Jodi. Namun, hal itu membuat Bian melempar sebuah kotak pensil ke arah Jodi, hampir saja mengenai kepala nya jika Jodi tidak menghindar.      

"Loe apa apaan sih Bian. Kalau kena kepala gue gimana, bangsat loe!!" bentak Jodi. Pria itu tidak bisa menerima apa yang sudah di lakukan oleh Bian.      

"Omongan loe tadi apa maksud nya? Emang loe pikir gue, hanya sibuk memikirkan pelepasan gitu? Anjing loe tahu gak," balas Bian dengan nama bicara yang tida terima. Jodi dan Elang hanya terdiam, saat Jodi akan menjawab ucapan Bian Elang segera memberikan kode kepada Jodi untuk tidak memperpanjang semua nya.      

Saat ini pikiran Bian benar benar hancur, pria itu lebih sensitif dari sebelumnya. Hal itu membuat semua nya, tidak menyangka hal tersebut terjadi.      

Ceklek      

Pintu ruangan Bian terbuka, ketiga pria dewasa itu menatap ke arah pintu, di sana sudah ada Della yang masuk ke dalam. Semakin hari gaya pakaian yang digunakan oleh Della, semakin kekurangan bahan wanita itu selalu berpakaian mini.      

"Sayang. Kenapa telpon aku gak kamu angkat sih," ucap Della dengan nada manja. Mendengar nada seperti itu, membuat Jodi dan Elang memutar mata mereka kesal.      

Keduanya sudah tahu alasan kenapa Bian bisa mengambil keputusan salah itu, kedua pria itu juga secara terang terangan mengatakan bahwa Bian sangat bodoh karena melakukan semuanya dan menyakiti Caca.      

"Gue kok denger suara tapi wujud nya gak ada ya!" ucap Jodi.      

"Loe jangan aneh aneh deh Jod, ini hari Kamis dan itu arti nya ntar malam itu malam Jumat," jawab Elang.      

"Iya seriusan deh. Mana suara nya jelek banget sumpah, gue rasa nya pengen muntah," bale Jodi lagi.      

Della yang mendengar sindiran demi sindiran yang dilakukan oleh kedua pria itu hanya bisa mendengus kesal. Bian terlihat masa bodo, bahkan pria itu tidak menatap ke arah Della. Bian lebih memilih, melihat laba perusahaan yang sedikit tidak stabil.      

Bosan karena tidak ditanggapi oleh Bian, dan juga selalu di sindir oleh Jodi dan Elang membuat Della keluar dari ruangan tersebut. Wanita itu terlihat sangat kesal dan hal seperti ini benar benar membuat Jodi dan Elang sangat bahagia.      

"Thanks," ucap Bian. Mendengar kata itu keluar dari mulut Bian membuat Jodi dan Elang saling menatap satu dengan lainnya. Keduanya saling melempar tatapan yang begitu terkejut, bagaimana bisa seorang Bian mengatakan kata tersebut.      

"Loe gak kesambek setannya Della, kan? Kenapa loe bisa seperti ini," ujar Jodi. Bian hanya menghela napas nya berat, pria itu tahu kenapa kedua orang teman nya seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bian.      

"Terserah kalian berdua. Gue capek, mau pulang. Besok gue harus cari Carissa dan Melody seorang diri," ucap Bian lalu mulai beranjak dari tempat tersebut, meninggalkan ruangannya.      

Elang dan Jodi saling menatap satu dengan lainnya, kedua pria itu bingung akan sikap Bian yang tiba tiba berubah, bahkan tadi beberapa menit yang lalu Bian baru saja marah dengan ucapan Jodi tapi lihat sekarang pria itu terlihat sangat santai.      

"Itu temen loe kesambet apaan. Bukannya tadi di habis marah marah," ucap Elang. Jodi juga menganggukan kepalanya, apa yang terjadi saat ini benar benar membuat Jodi juga bingung.      

***      

Pagi hari ini, suasana rumah Alan sedikit lebih berbeda semua itu karena Carissa yang biasanya berdiam diri di dalam kamar kali ini sudah mulai keluar.      

Alan dan Bunga saling menatap satu dengan lainnya, Carissa sudah berada di dapur bersama dengan Bunda Iren dan asiten rumah tangga di rumah ini.      

"Selamat pagi," sapa Bunga dan Alan.      

"Selamat pagi Mas dan Mbak. Ayo duduk, sini. Aku sengaja membuatkan kalian bubur ayam, kata Bunda Mbak Bunga suka bubur ayam sama seperti Mas Alan," ucapnya.      

"Harus nya Bunda dan Caca gak usah seperti ini. Kalian tamunya aku, masa jadi masak gini," ucap Bunga tidak enak. Bunda Iren mendekati Bunga, wanita itu memberikan pengertian bahwa sebagai keluarga tidak ada tamu, semuanya sama mendengar hal itu membuat senyum di bibir Bunga mengembang dengan sangat lebar.      

Setelah selesai sarapan, Carissa mengajak semuanya untuk duduk di ruang keluarga, wanita itu sudah memutuskan semuanya sejak semalaman. Carissa akan memulai semuanya di tempat berbeda, karena wanita itu tidak akan mungkin dirinya mempertahankan hubungan mereka.      

"Mas, Bunda, dan Mbak Bunga. Carissa mau pamit, Caca dan Melody akan memulai hidup kami, berdua di kota lain."      

Mendengar ucapan itu membuat ketiganya melotot dengan tajam, Bunda Iren segera protes wanita paruh baya itu tidak memberikan Caca izin, jika dirinya tidak ikut begitu juga Alan. Pria itu bahkan, sedikit menaikan nada suaranya ketika mendengar semua yang dilontarkan oleh Caca.      

"Kalau kamu mau pergi, silakan Mas gak akan larang. Tapi Mas akan antar kamu, Bunda juga akan selalu ikut kemana kamu pergi. Kamu adik Mas, kamu dan Melody adalah tanggung jawab Mas," ucap Alan. Air mata Carissa mengalir, sejak tadi dirinya sudah menahan supaya tidak ada air mata yang keluar namun, tidak bisa. Rasa haru membuat dirinya akhirnya mengeluarkan air mata yang di tahan.      

##      

Hulla. Selamat membaca dan semoga suka. Sehat terus buat kalian, dan terima kasih. Love you guys.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.